Masuk fakultas perguruan, mengambil jurusan pendidikan Bahasa Inggris, sebetulnya di luar dugaan. Setelah menjalani dan menikmati setiap prosesnya, walau sesulit apapun, ternyata ini adalah pengalaman yang sangat berharga. Realitanya, setelah kita berhasil lulus dan mendapat gelar Sarjana, kita tidak otomatis menjadi seorang guru, akhirnya itu bergantung pada pilihan kita sendiri. Mau jadi apa kita, apa yang akan kita lakukan itu adalah jalan dan tanggungjawab kita sendiri.
Mendatangi ke beberapa sekolah dan memasukan surat lamaran pekerjaan, mendapat penolakan secara halus atau sedikit kasar, itu adalah fase yang akan dilalui. Lalu, menjadi guru baru pun kita masih perlu mengetahui banyak hal, bukan hanya tentang cara mengajar, tapi juga cara menyesuaikan diri di lingkungan sekolah. Setelah jadi guru, "Oh begini ya"; di sekolah mengajar, sampai di rumah harus membuat bahan ajar, di sekolah memberi materi, tiba di rumah memeriksa hasil evaluasi.
Dari sekian banyak tugas seorang guru, salah satu hal yang menjadi motivasi dan sejenak melupakan rasa lelah adalah melihat ketertarikan dan antusiasme siswa terhadap pembelajaran di kelas, juga respect siswa terhadap kita. Berinteraksi dengan siswa ternyata menyenangkan, ntah itu yang berkaitan dengan materi atau bahkan sekedar obrolan santai tentang apa yang sedang trend sekarang, tentang perasaan mereka, bahkan ada juga yang percaya untuk menceritakan kondisi keluarganya tanpa diminta. Secara tidak langsung semua itu menjadi dasar pengamatan, saran, atau bahkan kritik.
Bagi saya, penilaian yang paling objektif adalah penilaian dari siswa, bukan dari Kepala Sekolah atau jajarannya. Mereka yang langsung berinteraksi dengan kita, merasakan dua sampai empat jam pelajaran cara kita mengajar, apakah kita guru yang yang emosional atau penyabar, mudah dimengerti saat menerangkan atau sebaliknya. Meskipun situasi kelas satu dan lainnya berbeda, meski satu metode cocok di suatu kelas dan tidak di kelas lainnya, meski ada yang tertarik dengan pelajaran kita dan ada yang yang tidak, mereka tetap butuh kita kita.
Terakhir yang ingin saya sampaikan, saat kita mengajar setulus hati menggunakan perasaan maka kita akan membentuk siswa yang memiliki perasaan juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar