Kamis, 31 Desember 2015

Jadi Seorang Guru (part.1)

Tahun 1995 saya baru masuk Taman Kanak-Kanak yang kebetulan salah satu gurunya adalah ibu saya sendiri. Masih jelas teringat, saya punya sahabat kecil yang masih kerabat juga. Kami berdua sama-sama mempunyai lesung pipi di kanan-kiri pipi kami. Dia kini sudah mempunyai seorang bayi perempuan sedangkan saya belum, alasannya yaa.. karena saya belum bertemu dengan jodoh. Itulah latar belakang mengapa saat ini malam jum'at, 31 Desember 2015 pukul 22.32 saya masih berada di depan netbook dan menuliskan apa yang saya pikirkan.

Besok sudah awal tahun baru masehi, yaitu tahun ke-2016. Tahun lalu saya banyak berdoa untuk karir saya juga income yang tentunya sesuai dengan jenjang pendidikan yang telah saya tempuh selama ini. Alhamdulillah itu terwujud, Allah mengabulkan doa saya. Walau bukanlah sebuah rahasia lagi bahwa gaji seorang guru honorer itu tidak lebih banyak dari seorang buruh (beberapa), tapi yang saya rasakan rizki datang mengalir dan terasa cukup. Yang saya rasakan menjadi seorang guru itu adalah senang (lupakan sejenak soal gaji). Bertemu banyak anak dengan berbagai kepribadian, karakter, dan kemampuan yang berbeda-beda. Kita semua sudah tahu, di sekolah manapun pasti ada siswa penurut, rajin, sopan, dan aktif juga yang "super aktif", terlebih kebetulan sekarang saya mengajar di salah satu SMK di Majalaya (Salah satu kecamatan di kabupaten Bandung). SMK tempat saya mengajar memiliki mayoritas siswa laki-laki karena kejuruannya terdiri dari teknik mesin, otomotif, grafika, dan multimedia. Katakanlah rata-rata usia murid SMK sekitar 15-18 tahun, tentu memiliki postur badan yang hampi sama dengan orang dewasa. Saya mengajar Bahasa Inggris dan diberi tugas tambahan mengajar Prakarya dan Kewirausahaan, juga menjadi seorang wali kelas. Mulanya saya gerogi, deg-degan begitu masuk ke kelas yang semua siswanya adalah laki-laki dengan postur yang tidak lebih pendek daripada saya, yang senang menguji, bahkan menggombali gurunya. Sebagai seorang guru sudah seharusnya saya bisa mengendalikan hal-hal semacam itu. Maka langkah pertamanya adalah membuat siswa saya menyenangi kehadiran gurunya di kelas.

(part.1)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar