Rabu, 17 Agustus 2011

CERPEN: Si Paling Menggerutu

Minggu pagi kebanyakan orang bangun setelah sang raja siang sudah hampir berada pada tahtanya. Jika tidak, maka menonton berita soal korupsi, kerusuhan, kecelakaan lalu lintas, pembunuhan, yaaa..something like that. Sementara itu sebagian kaum ibu sembari mengerjakan pekerjaan rumah, mereka menonton gosip terkini seputar artis yang kita sebut infotainment yang telah hadir dikala matahari masih mengintip dibalik sisa awan malam.


Aku sendiri lebih memilih untuk skipping di halaman depan dengan tujuan menambah tinggi badanku yang tak sampai 170 cm. Embun di dedaunan mulai terlihat jelas, akupun menyudahi berolahraga kemudian mengambil selang untuk menyirami beberapa tanaman koleksi ibuku yang tertata di area yang tidak terlalu luas. Perhatianku lalu tertuju pada sekumpulan ibu-ibu yang mengerumuni seorng tukang sayur yang sudah bertahun-tahun mengabdi kepada warga komplek tempat tinggalku. Mereka mengeluhkan harga sembako yang naik lagi. “duh masa Rp.1000,- cuma dapat 10 buah cabe rawit sih, tambahin dong ah...” “aduh minyak kelapa naik lagi??” “aduh kenapa ya bang, sekarang mah tahunya gampang hancur, gak padet. Tempenya juga...” gerutu sebagian ibu-ibu. “aduh Ibu-ibu, jangan protes sama saya. Kalo gak mau harganya yang naik, ya kualitas atau porsinya yang dikurangi. Gitu istilahnya mah ibu-ibu. ” maka dari itu, tak heran jika mamah sering marah saat aku dan adikku menyisakan makanan di piring kami. Dan karena iyu juga, aku sangat hemat dalam membelanjakan uangku. Berbeda dengan adikku, Levi. “ya ampuuuun adiiik. Pakai parfumnya lebai banget sih. Jarak 100 meter juga kecium ini mah. Hemat dong!” “ih si adik pulsa Rp.20.000,- gak kepakai seminggu. Hemat dong!” “aduh adik, uang saku mingguan udah habis lagi. Dipakai buat apa aja sih? Hemat dong!”

Sama halnya dengan Ezi yang sering membeli barang-barang yang sebetulnya tidak terlalu dibutuhkan. Dia cukup sering membelikan aku boneka. Disatu sisi aku tidak suka kalau dia boros, disisi lain aku senang terhadap perhatiannya. Kadang aku marah tentang hal itu, tapi dia selalu berkata “ini kan boneka, gak mungkin lah aku simpan di kamar. Lagi pula aku gak punya adik cewe. Dibuang juga mubadzir. Mustahil juga dikasih ke mamahku, ya udah kalau kamu gak mau, buat si adik aja ya.” Alhasil di kamar si adik banyak boneka-boneka pemberian Ezi.

Satu kelas dengan pacar rasanya sedikit risih. Ciyeeeeee.....aku bosan mendengar kata itu. Tapi aku bersikap profesional di kelas. No chatting...No smiling with him. “semantics terms. That’s assignment for next meeting. See you later, have a nice day.” Tegas sang dosen. Wah tugas baru lagi. Padahal ada beberapa tugas lain yang deadline-nya minggu ini juga. Cukup jenuh menghabiskan waktu berjam-jam di depan komputer. Akupun beristirahat sebentar dan menyalakan televisi. “Jika Aku Menjadi” adalah acara yang bagus. Melihat setiap tayangannya, kita akan lebih diingatkan lagi kalau masih begitu banyak warga miskin di negara ini. Rasanya program-progam TV seperti ini lebih peduli terhadap mereka daripada sebagian pejabat pemerintah yang walaupun gajinya sudah besar dengan segala fasilitas kedinasannya, tapi masih meminta lebih. Tapi itu terlalu jauh, aku sendiripun masih selalu merasa kurang, padahal sebenarnya aku jauh lebih beruntung. Sedikit lebih petang, ibuku menonton sinetron favoritnya yang sudah tayang ratusan episode. Aku terus menggerutu saat menonton scene yang membuat gregetan. Tokoh protagonis dianiaya, didzolimi terus-menerus tanpa perlawanan atau adegan saat tokoh protagonis yang hampir tertabrak mobil, tapi yang celaka adalah orang yang menolongnya yang setelah menyelamatkan tokoh protagonis, dia malah berdiam diri sambil berteriak saat mobil melaju ke arahnya dan bukannya menghindar. Tapi anehnya aku juga ibuku menonton lagi sinetron itu.

Pagi kembali mengingatkan setiap orang untuk kembali beraktivitas. Hampir setiap pagi si adik selalu membuat saya kesal. Untuk minum susu juga sarapan harus dipaksa, habis mandi kran tidak ditutup, terus teriak-teriak nyari dasi, terus minta rambutnya diikat, dan pagi ni juga dia minta PR IPAnya yang harus dikumpulkan hari ini dikerjakan. Uh super manja. Langsung aku update status di akun facebook heyy my little sistaa, you make me mad as a wet hen in early morning!!!. Ayah dan ibu malah tersenyum dan geleng-geleng kepala, tapi sesekali kami kena bentakan mereka karena bosan melihat kami terus bertengkar. Pukul 08.30 WIB Ezi sudah datang menjemput dan kami pun berangkat kuliah setelah pamit pada Ibu. “zi, anak-anak kelas kita kok pada belum datang sih?” tanyaku. Ezi malah tertawa kecil lalu berkata “sa kayaknya aku lupa, jadwalnya diganti jadi jam satu nanti” “Bete deh. Ya udah anterin aku ke kosannya Mia yuk!” “gak ah. Aku mau jalan-jalan. Tapi kamu ikut ya”  “gak ah. Aku mau nonton drama korea aja, tiga episode terakhir.” Dengan wajah bete, Ezi mengantarkanku ke kosan Mia. Setelah itu dia pergi ke rumah sahabatnya, Angga yang tinggal tidak jauh dari kampus. Setelah shalat dzuhur aku berangkat ke kampus. Begitu kagetnya aku saat melihat Ezi duduk berdua dan mengobrol akrab dengan Syara, kakak senior sekaligus mantan pacarnya. Begitu perkuliahan dimulai, Ezi mengejutkanku lagi. Dia masuk bersama Syara dan duduk bersebelahan. Tensi darahku tiba-tiba naik. Menurut informasi dari Mia yang mendapat informasi dari Angga, Syara mengulang mata kuliah Linguistic. “Make a group consist of two students and discuss about Tree diagram. Then present what you discussed” tegas Pak dosen. Rasanya aku ingin sekali memanas-manasi Ezi yang satu kelompok dengan Syara. Rupanya Pak dosen cukup puas dengan presentasiku, wuaaa senangnya. Ezi tersenyum padaku, tapi aku palingkan mukaku. “sa, kamu cemburu ya? Dari tadi kamu dingin banget sama Ezi. hee ”  tanya Mia, “aku kan emang kaya gini kalo di kelas mah.”

Sementara itu Ezi terlihat pulang bersama Syara. Aku tidak kaget, karena sebelumnya Ezi bilang kalau dia akan mengantarkan Syara mencari buku, setelah aku bilang tidak akan pulang bersamanya. Walaubagaimanapun aku cemburu dan menyesal tidak pulang dengan dia. “Resa gak marah kamu nganter aku?” tanya Syara, tapi Ezi hanya tersenyum. Ezi sebenarnya tahu bahwa aku sedikit tidak rela, tapi dia fikir selama dua bulan pacaran, aku terlalu bersikap dingin padanya. Eza fikir, tidak salah kalau aku dibuat cemburu.

Dua hari berlalu, dua hari itu juga Ezi masih anteng dengan mantannya. Rasanya cerita FTV yang sedang aku tonton ini sesuai dengan apa yang sedang terjadi antara aku dan Ezi. Mia dan dua sahabatku yang lain pun berpendapat yang sama. “Kalau menurutku ya mening nonton FTV daripada sinetron. Pertama karena konfliknya selalu diperpanjang. Kedua, banyak penindasan terhadap tokoh protagonis yang lemah menggunakan cara-cara yang picik. Ketiga, emosiku suka terpancing, jadi ikutan marah-marah. Ah greget pokoknya!!” tegas Emi. “Kalau aku sih nonton acara-acara musik. Sekarang banyak kan tuh...so entertaining. Apalagi banyak boyband ala Koreanya, haha” jelas Shila.
Acara-acara televisi itu memang sangat mempengaruhi penontonnya. Aku hanya bisa menjadi komentator amatir. Misalnya perilaku tokoh antagonislah yang diikuti, bukan protagonisnya, atau banyaknya koruptor yang diberitakan tertangkap, tapi malah makin banyak koruptor. Banyak para pelaku kejahatan yang diberikan hukuman berat, tapi malah makin banyak pula kasus kejahatannya. Coba kalau berita kriminal lebih menyoroti hukumannya, bukan modus-modus para penjahat dalam melancarkan aksinya. Mungkin aku terlalu berlebihan, tapi aku tidak mau melihat adikku menjiplak perilaku negatif yang dia lihat di televisi.

Tapi banyak juga program TV yang bagus, yang menginspirasi, memotivasi siapapun yang menontonnya. Kick Andi adalah salah satu acara yang aku suka, atau on the spot yang menghibur juga informatif. Dan yang mengharukan adalah Jika Aku Menjadi. Ada juga acara-acara yang dapat menambah keimanan kita, seperti acaranya Mamah Dedeh, atau Ustadz Nur Maulana. Atau yang menjadi favoritku adalah tayangan live upacara pengibaran bendera merah putih yang hanya sekali dalam setahun, yakni pada 17 Agustus. Melihat PASKIBRAKA yang berbaris rapih memakai pakaian dinas putih-putih, rasanya jiwa nasionalismeku makin menggebu. Walaupun aku lihat suasana pengibaran di TV yang sama setiap tahunnya, tapi aku lihat maknanya; PASKIBRAKA yang terdiri dari pemuda pemudi se-nusantara itu adalah simbol bahwa pemuda-pemudi Indonesia akan tetap dan terus meninggikan nama Indonesia.

Sinar sang mentari kembali menembus jendela kamarku dan dinginnya udara menyentuhku hingga membuat aku ingin bergerak untuk menyingkirkan rasa malas yang menyelimutiku. Setelah semalam menonton programnya pak Mario Teguh, aku serasa mendapat suntikan semangat untuk menjalani hari ini. “pass today with flying colours.” Aku kaget dengan kedatangn Ezi dan Syara. Rasanya malas untuk menemui mereka yang malah asik mengobrol dengan si ayah. “hey, ngintip apa?” tegas ibu mengagetkanku. Rupanya Ezi mengajakku untuk mencari buku sumber untuk tugas Linguistic. Saat beristirahat sebentar untuk minum, Ezi berkata”daritadi diam aja. Kenapa sih, kamu cemburu ya?.” Bisa-bisanya dia menanyakan itu di depan Syara. Itu membuatku salah tingkah. “Zi, kata kamu kan Resa itu dingin sama pacarnya sendiri, tapi sekarang kamu gak usah ragu lagi. Resa memang cemburu sama aku. Dan cemburu itu tanda cinta, hehe” jelas Syara. Ya ampun aku serasa seperti anak ABG yang cemburuan. Oh, tidak! Aku seperti bermain dalam sebuah FTV yang berkisahkan masalah percintaan yang sangat biasa. Pasti aku sudah terbawa oleh dunia persinetronan.

“Heran deh. Seberapa lama sih kamu nonton TV? Sampai-sampai kamu hafal semua program televisi disetiap channel. Pantes, kaca matanya tebel gitu!!” jelas Ezi meledek. “Gak apa-apa lah asal jangan sampai setebal kacamata Betty La Fea. Lagian aku tuh tidak sembarangan nonton TV, aku ini sedang mencoba menjadi pengamat tayangan televisi.” jawabku sembari menyerengeh. “Apa sih? Gak lucu!!” tegas Ezi dibumbui nada bercanda. Sejak saat itu, aku cukup tidak dingin pada Ezi selama di kelas. Tapi menurut Ezi aku masih begitu sangat dingin. Alhasil Ezi memutuskan untuk bersikap sama seperti aku. Menurutku itu bagus, aku tidak mau menjadi seseorang yang setia membuatkan tugas atau memberikan jawaban saat ujian untuk pacarnya. Akupun tidak mau Ezi menjadi orang yang seperti itu.
Kita sebagai penonton biasa, tidak bisa mencegah kemunculan tayangan-tayangan yang kurang mendidik. Maka dari itu kita sendirilah yang yang harus cermat memilah-milih mana tayangan TV yang memberikan dampak positif dan mana yang bukan.
“Sa, drama Korea itu memang seru. Kamu tau sendiri kan aku ini seorang Korea addict. But Indonesia is in my heart.” Jelas Mia. “So do I”
“Dengan menonton tayangan-tayangan TV yang baik, terlebih mendidik, aku pun bisa terpengaruh sama hal-hal yang positif juga. TV bisa jadi guru kita, tapi bisa juga memperlambat IQ kita. Dan yang paling penting, matikan televisi anda saat hendak tidur, untuk menghemat. Hihi” jelas si adik, “Alhamdulillaaah akhirnya sadar. Jadi kamu gak akan merepotkan kakak lagi kan. Gak akan kakak lagi yang mematikan kran bekas mandi kamu, gak akan kakak lagi yang ngerjain PR kamu, gak akan melawan lagi sama kakak, gak akan....” “ahhh stop! Ok deal” potong si adik.
Sementara itu, ayah dan ibu hanya tersenyum lembut menyaksikan kami, Tom & Jerry yang kini menjadi Lala dan Po. Lalu saat melihat iklan bahaya rokok, dengan refleks aku berkata “ayah liat tuh, segitu menyeramkannya bahaya rokok. Jadi, berhenti merokok! Saat ayah berfikir untuk beli rokok, belilah permen. Ingat ya!” tapi ayah malah langsung mengganti channelnya ke acara lawak yang menjadi top rating. Aku, si adik dan ibu pun tertawa melihat ayah. ***








3 komentar:

  1. +
    cerpennya bagus.. hmm.. selalu..

    mengangkat tema yang bisa dibilang gax biasa
    juga..

    diceritakan dengan sudut pandang yang berbeda

    -
    mungkin kurang peng-editan sehingga ada
    beberapa kata yang diketik salah

    saat membaca part ini

    "Ezi sebenarnya tahu bahwa Resa sedikit
    tidak rela, tapi dia fikir selama dua bulan
    pacaran, Resa terlalu bersikap dingin
    padanya. Eza fikir, tidak salah kalau Resa
    dibuat cemburu."

    sedikit agak " ??? antara menceritakan
    si aku tapi ada bagian dimana seperti ada
    orang ketiga yang menceritakan kembali"

    mungkin bi-na yg kurg ngerti nya hehe..

    sedikit kurang puas sama cerita percintaannya
    he.. yang dibuat seperti hanya untuk sekedar
    selingan padahal ceritanya seperti cerita
    utama yang ceritana bisa diperpanjang dengan
    disangkut pautkan kepada cerita inti yang
    dijadikan judul, sehingga apa yang ingin
    disampaikan tentang 'stay tune on TV' bisa
    lebih kuat penyampaiannya baik secara pesan,
    dampak atau sebab akibatnya.. he..

    this is my comment muti..
    maaf apabila ada yang salah dalam penyampaiannya
    TERUS BERKARYA
    kembangkan bakat hebat yang terlahir bersama Mutia Nurlatifah

    caaiyyyooo
    LIKE :)
    jempolna manual we ahh heu..
    JEMPOL ;)

    BalasHapus
  2. ok deh wahh byak yg slah tik ya,,,thank u sudah mau baca,,,, really need more comment. it's so useful

    BalasHapus
  3. sip.. anytime...

    klo ada cerpen dai kabaran nya..

    ya.. meski ada komentarpun disampaikan dengan sotoy.. tapi mudah-mudahan tak menjadikan kapok untuk terus berbagi dengan saya.. :)

    BalasHapus